Setiawan Sabana adalah seorang seniman grafis, dosen, serta guru besar seni rupa Indonesia dari Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh pemuka dalam seni grafis Indonesia serta seni menggunakan medium kertas.
Setiawan lulus dari Jurusan Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB), pada tahun 1977. Ia kemudian mendapatkan beasiswa Fulbright Scholarship pada tahun 1980, dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di Universitas Northern Illinois, dalam bidang yang sama. Pada tahun berikutnya ia menggelar sebuah pameran tunggal di universitas Amerika Serikat tersebut. Ia menyelesaikan S3 pada tahun 2002 dari Institut Teknologi Bandung dengan penelitian tentang seni rupa kontemporer di Asia Tenggara (khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina).
Ia menjadi dekan di FSRD ITB sampai tahun 2005. Sejak awal, karier keseniannya dikenal dekat dengan medium kertas.Ketertarikannya pada kertas ini tidak sekadar berhenti pada kertas sebagai bentuk, tetapi juga kepada hal yang lebih esensial. Dalam satu pameran tunggal berjudul Jagat Kertas (gambar di samping), ia mengatakan bahwa kertas dalam pameran itu dapat dimaknai dengan jagat besar (makrokosmos), jagat kecil (mikrokosmos), dan jagat gaib (metakosmos), mengikuti filsafat Sunda yang mengenal alam semesta besar, kecil, dan ruh.
Selain berurusan dekat dengan kertas, Setiawan juga dikenal dekat dengan seni grafis. Kelulusannya dari jurusan seni grafis, sebuah bagian seni yang waktu ia lulus tidak terlalu dipandang oleh para kritikus, ia ambil sebagai tantangan untuk mengedepankan seni grafis di Indonesia. Ia sempat mengikuti penelitian tentang seni grafis kontemporer Jepang pada tahun 1989, selama empat bulan, atas undangan dari Japan Foundation. Di Jepang, ia menyempatkan diri untuk kembali dan berpameran, yaitu sebuah pameran tunggal di Galeri Natsuhiko, Tokyo, pada tahun 1990, dan sebuah pameran tunggal di Galeri Oda di Hiroshima pada tahun 1991. Selama tahun 1990, ia beberapa kali mengikuti pameran seni grafis, antara lain "International Print Exhibition" di Bangladesh, "Modernities and Memories" di Venesia, Italia, dan "The Thirteen Asian International Art Exhibition" di Malaysia.
Karier kesenian dalam bidang seni grafis ini sempat terhenti dari tahun 1998 akibat suntuk. Namun, setelah sebuah pameran berjudul "Diagnosis" yang diselenggarakan di Galeri Soemardja, ITB, pada 24 Oktober hingga 14 November 2014 yang berisi showcase karya-karya seni grafisnya, ia menyatakan tidak pernah benar-benar meninggalkan seni grafis dan akan kembali lagi. Ia mengatakan akan kembali lagi ke seni grafis dengan tema, peralatan, bahan, dan teknik yang "khas Indonesia", menolak tatanan seni grafis yang berasal dari Eropa atau Jepang. Penerusan eksplorasi ini akan tetap disertai dengan kiprahnya menggunakan medium kertas.